Selasa, 04 Oktober 2011

ROKOK, REAKSI KIMIA BERBAHAYA

Sesuatu yang sangat ironis memang, bahwa manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi di lain pihak orang-orang dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru-paru mereka.

Kebiasaan merokok telah menjadi budaya diberbagai bangsa di belahan dunia. Mayoritas perokok diseluruh dunia ini, 47 persen adalah populasi pria sedangkan 12 persen adalah populasi wanita dengan berbagai kategori umur. Latar belakang merokok beraneka ragam, di kalangan remaja dan dewasa pria adalah faktor gengsi dan agar disebut jagoan, malahan ada salah satu pepatah menarik yang digunakan sebagai pembenar atas kebiasaan merokok yaitu `ada ayam jago diatas atap, tidak merokok tidak ganteng`. Sedangkan kalangan orang tua, stres dan karena ketagihan adalah faktor penyebab keinginan untuk merokok.
Berbagai alasan dan faktor penyebab untuk merokok diatas biasanya kalah seandainya beradu argumen dengan pakar yang ahli tentang potensi berbahaya atas apa ditimbulkan dari kebiasaan merokok baik bagi dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Harus diakui banyak perokok yang mengatakan bahwa merokok itu tidak enak tetapi jika Anda perhatikan iklan rokok di televisi, majalah, surat kabar, poster, dan baligo di pinggir jalan, bahkan di bungkus rokoknya sendiri, Anda dapat membaca tulisan “Peringatan Pemerintah : Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”. Tetapi itu tidak mengubris secara massal berkurangnya kebiasaan merokok dan jumlah perokok.
Tulisan ini mungkin sama nasibnya dengan kumpulan aksi anti rokok yang didengungkan seperti diatas, tetapi saya mencoba membahasnya dari sudut kimia sesuai dengan literatur yang dipunyai, dengan harapan pembaca tulisan ini terutama mereka yang belajar kimia akan lebih mudah memahami ketimbang orang yang membahas dari sudut kesehatan, lingkungan atau industri. Sehingga mudah-mudahan setelah membaca artikel ini setidaknya ada beberapa orang dapat berhenti merokok.

Rokok dan Reaksi Kimia (Pembakaran)
Proses pembakaran rokok tidaklah berbeda dengan proses pembakaran bahan-bahan padat lainnya. Rokok yang terbuat dari daun tembakau kering, kertas dan zat perasa, dapat dibentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan Sulfur (S) serta unsur-unsur lain yang berjumlah kecil. Rokok secara keseluruhan dapat diformulasikan secara kimia yaitu sebagai (CvHwOtNySzSi).

Dua reaksi yang mungkin terjadi dalam proses merokok
Pertama adalah reaksi rokok dengan oksigen membentuk senyawa-senyawa seperti CO2, H2O, NOx, SOx, dan CO. Reaksi ini disebut reaksi pembakaran yang terjadi pada temperatur tinggi yaitu diatas 8000C. Reaksi ini terjadi pada bagian ujung atau permukaan rokok yang kontak dengan udara.
CvHwOtNySzSi + O2  ---->  CO2+ NOx+ H2O + SOx + SiO2 (abu) ((pada suhu 800oC))
reaksi pembakaran rokok

Reaksi yang kedua adalah reaksi pemecahan struktur kimia rokok menjadi senyawa kimia lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan dan ketiadaan oksigen. Reaksi ini lebih dikenal dengan pirolisa. Pirolisa berlangsung pada temperatur yang lebih rendah dari 800oC. Sehingga rentang terjadinya pirolisa pada bagian dalam rokok berada pada area temperatur 400-800oC. Ciri khas reaksi ini adalah menghasilkan ribuan senyawa kimia yang strukturnya komplek.
CvHwOtNySzSi ®  3000-an senyawa kimia lainnya + panas produk ((pada suhu 400-800oC))
reaksi pirolisa

Walaupun reaksi pirolisa tidak dominan dalam proses merokok, tetapi banyak senyawa yang dihasilkan tergolong pada senyawa kimia yang beracun dan mempunyai kemampuan berdifusi dalam darah. Proses difusi akan berlangsung terus selagi terdapat perbedaan konsentrasi. Tidak perlu disangkal lagi bahwa titik bahaya merokok ada pada pirolisa rokok. Sebenarnya produk pirolisa ini bisa terbakar bila produk melewati temperatur yang tinggi dan cukup akan Oksigen. Hal ini tidak terjadi dalam proses merokok karena proses hirup dan gas produk pada area temperatur 400-800oC langsung mengalir kearah mulut yang bertemperatur sekitar 37oC.

Rokok dan proses penguapan uap air dan nikotin
Selain reaksi kimia, juga terjadi proses penguapan uap air dan nikotin yang berlangsung pada temperatur antara 100-400oC. Nikotin yang menguap pada daerah temperatur di atas tidak dapat kesempatan untuk melalui temperatur tinggi dan tidak melalui proses pembakaran. Terkondensasinya uap nikotin dalam gas tergantung pada temperatur, konsentrasi uap nikotin dalam gas dan geometri saluran yang dilewati gas.
Pada temperatur dibawah 100oC nikotin sudah mengkondensasi, jadi sebenarnya sebelum gas memasuki mulut, kondensasi nikotin telah terjadi. Berdasarkan keseimbangan, tidak semua nikotin dalam gas terkondensasi sebelum memasuki mulut sehingga nantinya gas yang masuk dalam paru-paru masih mengandung nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin akan mengalami keseimbangan baru, dan akan terjadi kondensasi lagi.
Jadi, ditinjau secara proses pembakaran, proses merokok tidak ada bedanya dengan proses pembakaran kayu di dapur, proses pembakaran minyak tanah di kompor, proses pembakakaran batubara di industri semen, proses pembakaran gas alam di industri pemanas baja dan segala proses pembakaran yang melibatkan bahan bakar dan oksigen. Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orang-orang dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru- paru mereka.

Mengapa Asap Rokok Berbahaya ???
Rokok bukan hanya merugikan perokok, melainkan orang yang tidak merokok pun akan terkena bahaya rokok jika menghirup asap rokok. Orang tersebut dinamakan perokok pasif. Berdasarkan penelitian, perokok pasif yang menderita akibat asap rokok sepuluh kali lebih banyak daripada perokok pasif.
Tahukah Anda mengapa asap rokok berbahaya ?
Salah satu penyebab nya adalah gas karbon monoksida (CO) yang terkandung di dalam asap rokok. Gas CO sangat beracun dan dapat bereaksi dengan hemoglobin (Hb). Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
Hb + CO      ------->         HbCO
Di dalam darah, hemoglobin mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh,
Hb + O2   ------->     HbO2
Gas CO dan O2 bersaing agar dapat bereaksi dengan hemoglobin. Persaingan ini dimenangkan oleh gas CO karena tetapan kesetimbangan kimia HbCO lebih besar daripada tetapan kesetimbangan kimia HbO2. dengan konsentrasi yang sedikit, gas CO dapat melepaskan O2 dari HbO2,
HbO2 + CO   ------->   HbCO + O2
Jadi, jika Anda menghirup asap rokok, gas O2 yang seharusnya dialirkan dari paru-paru ke sel tubuh akan digantikan oleh gas CO yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan.
Jumlah kematian dan klaim perokok menurut penelitian Organisasi Kesehatan dunia (WHO), setiap satu jam, tembakau rokok membunuh 560 orang diseluruh dunia. Kalau dihitung satu tahun terdapat 4,9 juta kematian didunia yang disebabkan oleh tembakau rokok. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia, yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker), selain itu juga asap dari rokok memiliki benzopyrene yaitu partikel-partikel karbon yang halus yang dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna arang, minyak, kayu atau bahan bakar lainnya yang merupakan penyebab langsung mutasi gen. Hal ini berbanding terbalik dengan sifat output rokok sendiri terhadap manusia yang bersifat abstrak serta berbeda dengan makanan dan minuman yang bersifat nyata dalam tubuh dan dapat diukur secara kuantitatif.
Selain mengklaim mendapatkan kenikmatan dari output rokok, perokok juga mengklaim bahwa rokok dapat meningkatan ketekunan bekerja, meningkatkan produktivitas dan lain-lain. Tetapi klaim ini sulit untuk dibuktikan karena adanya nilai abstrak yang terlibat dalam output merokok. Para ahli malah memperkirakan bahwa rokok tidak ada hubunganya dengan klaim-klaim di atas. Malah terjadi sebaliknya, menurunnya produktivitas seseorang karena merokok akibat terbaginya waktu bekerja dan merokok. Selain itu berdasarkan penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok dapat menurunkan IQ.
Hal ini baru satu dari beberapa bukti dan alasan mengapa asap rokok berbahaya. Masih banyak lagi sebab-sebab lainnya. Bagaimana, masih berminat untuk merokok ? Jika Anda belum menghentikan kebiasaan buruk ini, minimal asap rokok Anda tidak merugikan orang yang tidak merokok. Usahakanlah tidak merokok di tempat umum, seperti angkutan kota, bis kota dan tempat umum lainnya, karena asap rokokmu bukan untukku.


(dari berbagai sumber)

Jumat, 05 Agustus 2011

Hubungan antara Vitamin C dan Flu


Banyak diantara kita yang ketika kita terserang flu segera berfikir untuk meminum jus jeruk atau suplemen vitamin C. Tetapi apakah cara tersebut memang efektif untuk menyembuhkan flu?

Buah jeruk, grapefruits dan makanan lainnya yang mengandung vitamin C memang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tetapi setelah berbagai penelitian dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa vitamin C hanya memiliki sedikit efek untuk menyembuhkan ataupun mencegah penyakit flu.

Penelitian terbaru mengenai vitamin C, yang dipublikasi sekitar awal tahun ini dalam Cochrane Database of Systematic Reviews, mengevaluasi berbagai penelitian mengenai vitamin C yang telah selama beberapa dekade terakhir, yang melibatkan 11.000 subjek yang mengkonsumsi 200 mg atau lebih vitamin C setiap harinya. (Batas konsumsi vitamin C yang direkomendasikan oleh pemerintah Amerika adalah 60 mg per hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin C hanya sedikit berpengaruh untuk mengurangi atau mengobati sakit flu pada sebagian besar populasi. Tetapi bagaimanapun, hasil penelitian terhadap sebagian besar kelompok orang yang sering mengalami stress fisik (seperti atlet maraton, anggota militer dsb) menunjukkan bahwa vitamin C dapat menurunkan resiko mereka untuk terjangkit penyakit flu. Jika para atlet tersebut menkonsumsi vitamin C sesuai dosis yang dianjurkan setiap hari, maka kemungkinan mereka untuk terjangkit penyakit flu akan berkurang 50%.

Untuk orang-orang normal seperti kita, bagaimanapun juga meminum jus jeruk tidak akan terlalu banyak berpengaruh untuk mencegah penyakit flu. Seperti dikatakan Robert Douglas (Presiden The Public Health Association di Australia), “Jutaan orang yang mengkonsumsi vitamin C dengan dosis tinggi dengan asumsi bahwa akan mencegah penyakit flu sebenarnya tidak memiliki landasan yang kuat”.

Lalu bagaimana awal ceritanya sehingga vitamin C dihubungkan dengan obat flu?

Semuanya berawal dari Linus Pauling - seorang peraih Nobel Kimia yang hidup dari tahun 1901 hinga 1994. Pada tahun 1970, Pauling menulis buku “Vitamin C and the Common Cold,” yang mempopulerkan pernyataan bahwa jenis vitamin tersebut dapat mencegah seseorang terjangkit penyakit-penyakit ringan. Tetapi menurut Thomas Hager - penulis biografi Linus Pauling - “Buku tersebut diterbitkan dengan latar belakang sains yang kurang baik, dan tidak ada bukti yang mendukung pernyataan tersebut”.

“Pauling menerbitkan buku yang sangat berpengaruh tersebut tanpa menuliskan sedikitpun mengenai jurnal ilmiah di judul dan referensinya serta tanpa bukti yang cukup”, tambah Thomas Hager.

Walaupun efek dari vitamin C untuk menyembuhkan penyakit flu tidak ada, tetapi dokter hanya sedikit termotivasi untuk memperbaiki pernyataan mengenai vitamin C tersebut, dikarenakan konsumsi vitamin C bukanlah suatu ancaman bagi kesehatan publik. (Bahkan, beberapa penelitian telah menghubungkan sifat antioksidan dari vitamin C dengan mengurangi resiko kanker).

Lagi pula menurut Professor Arnold Monto - Professor Epidemiologi di University of Michigan's School of Public Health, akan lebih baik untuk tidak membuat publik menjadi anti terhadap vitamin C, lagi pula konsumsi vitamin C tidak akan membahayakan kesehatan manusia. “Konsumsi vitamin C akan memberikan dampak baik, dan tidak akan berbahaya bagi kesehatan”, tambah Professor Monto.

Disadur dari Newsweek web exclusive (Sarah Kliff) oleh Ambara R. Pradipta

Sabtu, 19 Februari 2011

Apa yang terjadi ketika rambut kita dikeriting?

Apa yang terjadi ketika rambut kita dikeriting?

Suatu protein yang disebut dengan keratin, merupakan protein yang membentuk rambut manusia, terdiri dari unsur cystine, yaitu senyawa asam amino yang memiliki unsur sulfida, dalam jumlah persentase yang cukup tinggi. Jembatan disulfida -S-S- dari cystine merupakan salah satu faktor utama yang bertanggung jawab atas berbagai bentuk dari rambut kita. Rambut lurus atau keriting dikarenakan keratin mengandung jembatan disulfida yang memampukan molekul untuk mempertahankan bentuk-bentuk tertentu. Di dalam proses keriting atau ‘perm’ (permanent waves) , pertama rambut diberikan senyawa pereduksi yang membuka beberapa ikatan -S-S- .

Hal ini memungkinkan molekul kehilangan daya kekakuannya dan membuatnya lebih lentur. Setelah itu rambut ditata sesuai dengan bentuk yang diinginkan dengan bantuan penggulung rambut atau alat penata rambut lainnya dan kemudian diberikan senyawa pengoksidasi. Senyawa pengoksidasi ini membalikkan reaksi yang disebutkan diatas, membentuk ikatan disulfida baru, sehingga molekul-molekul dapat mempertahankan bentuk baru yang diinginkan. Hal yang sama juga berlaku ketika kita ingin meluruskan rambut kita.
Walaupun kita telah menjalani proses keriting rambut, sesungguhnya keriting pada rambut kita tidaklah bersifat permanen. Rambut akan terus bertumbuh dan setelah beberapa lama kepala kita akan terdapat rambut baru yang cukup banyak jumlahnya. Rambut baru ini memiliki ikatan disulfida sama seperti bentuk rambut kita semula, sehingga lambat laun bentuk dari rambut kita akan kembali secara alami.
Sumber: dikutip dari berbagai sumber

Jumat, 18 Februari 2011

Tips mempelajari Perhitungan Kimia

Bilangan Avogadro (L)
Hal-hal yang diperhatikan dalam mempelajari Perhitungan Kimia adalah:
1. Menuliskan Persamaan reaksi setara
2. Data yang diketahui dalam soal di konversi ke satuan "mol"
3. Gunakan koefisien reaksi untuk menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan
4. Hitung zat yang ditanyakan menggunakan mol zat yang sudah diketahui.

Berikut ini dapat dilihat ringkasan materi untuk memperdalam pemahaman:

Hubungan mol dengan persamaan reaksi

 

 
Bagan di atas memperlihatkan bahwa semua jalur menuju mol menggunakan operasi matematika “pembagian (:)” sedangkan jalur yang keluar dari mol menggunakan operasi “perkalian (x)” kecuali ke Molaritas menggunakan operasi “pembagian (:)” sedangkan jika ingin mencari Mol dipergunakan operasi “perkalian (x)”



 

Untuk menyatakan stoikhiometri dalam larutan mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :


Penentuan jumlah produk dan reaktan yang terlibat dalam reaksi kimia harus diperhitungkan dalam satu mol. Metode ini dipergunakan dalam perhitungan kimia biasanya dikenal sebagai metode pendekatan mol



Senin, 14 Februari 2011

Hidrolisis Garam

1. Hidrolisis Garam
a)  Hidrolisis adalah peristiwa terurainya zat/senyawa oleh air.
b)  Garam adalah senyawa/zat yang disusun oleh ion positif (kation basa) dengan  ion negative (anion asam)
c)  Bagian garam yang terhidrolisis adalah bagian yang lemah

2.  Penggolongan Garam
pKa = - log Ka
pKb = - log Kb
pOH = - log [OH-]
pH = - log [H+]
Kw = konstanta kesetimbangan air = 10-14

Tips
Untuk menghitung pH hidrolisis dapat dilakukan dengan 2 cara:
a.  Cara langsung
     Data dari soal bias langsung dimasukkan ke dalam rumus pH hidrolisis. Contoh soal berupa Garam dan Molaritasnya
b.  Cara tidak langsung
     Data berupa asam dan basa sehingga harus direaksikan terlebih dahulu.
                                Asam + basa ----> garam + air
Dari hasil reaksi, asam dan basa habis dan terbentuk mol garam ---> cari konsentrasi garam ---> masukkan ke dalam rumus pH hidrolisis

Jumat, 11 Februari 2011

Larutan Penyangga

1.      Pengertian Larutan Penyangga
      Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa, atau pengenceran.
Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan diencerkan.

2. pH larutan penyangga

Larutan penyangga dapat dibedakan atas:
a. Larutan Penyangga Asam
Mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa konjugasi (A-). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah (HA) dengan garamnya (LA, garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA) atau dengan mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH3COOH) dengan larutan garam Natrium asetat (CH3COONa).
Campuran larutan tersebut terionisasi sebagai berikut.
CH3COOH(aq) H+(aq)
 --->  CH3COO-(aq)
CH3COONa(aq)
--->
Na+(aq) + CH3COO-(aq)
Karena CH3COOH merupakan asam lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, CH3COONa merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran CH3COOH dan CH3COONa terdapat spesi-spesi zat yaitu CH3COOH yang tidak terurai (karena asam lemah); ion CH3COO- (hasil ionisasi CH3COOH dan CH3COONa); ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COOH; dan ion natrium (Na+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COONa. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga asam yaitu campuran dari asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran asam lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Ka) dan konsentrasi basa konjugasinya, [A-]
dimna
, konsentrasi basa konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi basa konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut:
Secara umum persamaan dapat ditulis :
CH3COOH(aq)     CH3COO-(aq)  + H+(aq)

b. Larutan penyangga basa
Mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasi (BH+). Larutan
penyangga basa dapat dibuat dengan mencampurkan basa lemah (B) dengan garamnya atau dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan asam konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amoniak (NH4+) dengan larutan garam amonium klorida (NH4Cl).
Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut :
NH3(aq) + H2O(l)
--->
NH4+(aq) + OH-(aq)
NH4Cl(aq)
--->
NH4+(aq) + Cl-(aq)
Karena NH3 merupakan basa lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, NH4Cl merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran NH3 dan NH4Cl terdapat spesi-spesi zat yaitu NH3 yang tidak terurai (karena basa lemah); ion NH4+ (hasil ionisasi NH3 dan NH4Cl ); ion hidroksida (OH-) yang dihasilkan dari ionisasi NH3 ; dan ion klorida (Cl-) yang dihasilkan dari ionisasi NH4Cl
Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga basa yang tersusun dari basa lemah dengan asam konjugasinya atau campuran basa lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Kb) dan konsentrasi asam konjugasinya, [BH+]. Dalam hal ini, konsentrasi asam konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi asam konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion OH- dalam larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
NH4OH(aq)
 NH4+(aq)  +  OH-(aq