Rabu, 19 Januari 2011

Derajat keasaman (pH) larutan Asam Basa


Derajat Keasaman larutan asam dan basa dinyatakan dalam pH

konsep pH
pH = - log [H+]
Dengan cara yang sama konsep pH dapat diterapkan untuk konsentrasi ion OH- dan Kw
pOH = - log [OH-]
pKw = - log Kw
Oleh karena Kw = [H+] [OH-] maka hubungan pKw, pOH dan pH

Kw              = [H+] [OH-]
log Kw        = log [H+] + log [OH-]
- log Kw      = - log [H+] - log [OH-]

pKw     = pH + pOH

Reaksi ionisasi air
H2O   H+ + OH-
K = [H+] [OH-] / [H2O]
K [H2O] = [H+] [OH-]
    Kw  = [H+] [OH-]
Pada suhu 250C nilai Kw = 10-14
[H+] = [OH-] = 10-7

Jadi konsentrasi ion H+ menentukan sifat suatu larutan :
Dalam larutan asam   : [H+] > 10-7 M
Dalam larutan basa    : [H+] < 10-7 M
Dalam larutan netral  : [H+] = 10-7 M

Dengan demikian pada suasana  dalam larutan asam     : [H+] > 10-7 M ; pH < 7
                  Dalam larutan basa         : [H+] < 10-7 M ; pH > 7
                  Dalam larutan netral        : [H+] = 10-7 M ; pH = 7

Range pH

                  Asam                                           netral                                          Basa















    0         1          2         3         4          5         6         7         8          9        10       11       12      13       14

konsentrasi endosulfan dalam jaringan kerang darah (Anadara granosa)


Kerang Darah (Anadara granosa)


ABSTRAK

KONSENTRASI ENDOSULFAN DALAM JARINGAN
KERANG DARAH (Anadara granosa) YANG DIPAPARKAN
DALAM ENDOSULAN PADA KONSENTRASI SUBLETHAL

(CONCENTRATION OF ENDOSULFAN IN BLOOD COCKLE
(Anadara granosa) TISSUE EXPOSED TO ENDOSULFAN SUBLETHAL CONCENTRATIONS)

Nixon Aylon Selly

Penelitian ini telah dilakukan selama 4 bulan pada bulan Mei – Agustus 2009 yang terdiri atas penelitian lapangan dan penelitian laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana terjadinya perubahan konsentrasi endosulfan dalam jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) setelah dipaparkan dalam endosulfan pada konsentrasi sublethal. Penelitian di lapangan mencakup pengambilan sampel kerang darah di pesisir pantai Oebelo pada beberapa titik pengamatan yang diduga merupakan tempat masuknya pestisida dari daratan. Penelitian lapangan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang konsentrasi awal endosulfan dalam tubuh kerang darah di alam. Untuk penelitian di laboratorium, sebanyak 15 ekor individu kerang darah yang berukuran panjang cangkang antara 40–50 mm ditempatkan dalam 12 buah akuarium yang masing-masing berdimensi 50 x 40 x 30 cm3 yang diisi dengan air laut bersalinitas 30 ppt sebanyak 2 liter. Dasar masing-masing akuarium dilapisi lumpur setebal 5 cm yang diambil dari lokasi pengambilan spesimen kerang darah. Ke dalam masing-masing akuarium dimasukkan endosulfan (C9H6Cl6O3S) pada konsentrasi sesuai perlakuan yaitu 0,005, 0,05 dan 0,5 ppm serta 0 ppm (tanpa endosulfan) sebagai perlakuan kontrol. Kerang darah dipaparkan pada masing-masing konsentrasi selama 2 minggu. Setelah masa pemaparan, sampel kerang diambil dan dagingnya dikeluarkan dari cangkang. Sampel jaringan selanjutnya dianalisa kandungan residunya (dalam bentuk: endosulfan eter, hidroksi endosulfan eter, β-endosulfan dan endosulfan lakton) menggunakan kromatografi gas. Dalam jaringan tubuh ditemukan bahwa konsentrasi endosulfan lakton berkisar antara tidak terdeteksi (tt) - 10,50 ppb. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa perlakuan konsentrasi endosulfan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsentrasi residu yang ditemukan dalam jaringan tubuh. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi konsentrasi endosulfan, semakin tinggi pula konsentrasi residunya yang ditemukan dalam tubuh kerang darah. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) memperlihatkan bahwa perlakuan konsentrasi 0,5 ppm berbeda nyata dari perlakuan kontrol dan perlakuan lainnya (0,005 dan 0,05 ppm). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kerang darah mengakumulasi residu endosulfan yang terdapat di dalam air dan sedimen ke dalam jaringan tubuhnya. Semakin tinggi konsentrasi di air dan sedimen, semakin tinggi pula residunya yang ditemukan dalam jaringan tubuh.


Kata Kunci: kerang darah, endosulfan, pemaparan, konsentrasi sublethal


ABSTRACT


This study was carried out for four months between May – August 2009 consisting of field study and experiment in laboratory. The aim of this research was to examine how far change in concentration of endosulfan in blood cockle (Anadara granosa) soft body tissue upon exposure to endosulfan sublethal concentrations. The field study consisted of taking blood cockle sample in Oebelo coastal area at some points where pesticide run off from land the supposed to be high. This field study was conducted to obtain concentration of endosulfan in the body tissue of cockle in the wild. In laboratory experiment, 15 animals of shell length 40-50 mm were maintained in 12 aquaria glass of dimension 50 x 40 x 30 cm3 filled with 2 liter sea water of 30 ppt. The bottom of each aquaria was lined with 5 cm mud taken from the location of where blood cockles collected. Into each aquarium, endosulfan was added according to treatment i.e: 0,005, 0,05 and 0,5 ppm (mg/L). Control of 0,0 ppm (without endosulfan) was also assigned. Blood cockle was exposed in each concentrations for two weeks. After the period,was the sample of bood cockle was taken and its meat was shuck out. The tissue sample was analysed for endosulfan residues (in the farm of: endosulfan eter, hidroksi endosulfan eter, β-endosulfan and endosulfan lakton) using gas chromatography. Residues concentrations in the body tissue ranged from undetected to 10.50 ppb. Statistical analyses showed that the treatments gave significant effect (P<0.005) on residual concentrations in the body tissue. There was a tendency that the higher the concentration in the water, the higher concentration in the blood cockle tissue. However, a least significance difference (LSD) test showed that only concentration of 0.5 ppm differed significantly from the control and other concentrations (0.005 and 0.05 ppm). This study concluded that blood cockle accumulated endosulfan residues in the water and sediments, the higher concentration in the water and sediments, the higher residues concentration in the soft body tissue.


Key words: blood cockle, endosulfan, exposure, sublethal concentration

Selasa, 18 Januari 2011

Indikator Asam Basa


Indikator Asam dan Basa

Indikator Asam dan Basa adalah suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan asam dan larutan basa. Dengan adanya warna pada larutan tersebut, indicator yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat bersifat asam/basa

Indikator Universal dapat berubah warna sesuai dengan besar pH larutan Asam dan Basa

Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam (mengandung ion H+) dan bersifat basa (mengandung ion OH-) maka dapat dilakukan pengujian/pengenalan dengan beberapa cara:
1.      Kertas Lakmus
Ada 2 jenis kertas lakmus yaitu lakmus merah dan lakmus biru.
Adanya ion H+ dalam larutan dapat memerahkan kertas lakmus (lakmus biru berubah menjadi merah). Sedangkan adanya ion OH- dalam larutan dapat membirukan kertas lakmus (lakmus merah berubah menjadi biru)
Dengan pernyataan lain:
Adanya ion Hdalam larutan dapat diuji dengan menggunakan kertas lakmus biru “AURA” (Asam birU jadi meRAh), sedangkan adanya ion OH- dalam larutan dapat diuji dengan menggunakan kertas lakmus merah “SAMERU’ (baSA MErah jadi biRU).

2.      Kertas pH dan kertas indicator universal
Kertas pH dan kertas indicator universal dapat digunakan untuk menentukan harga pH suatu larutan asam basa, dimana kertas indicator akan berubah warna sesuai dengan warna yang menunjukan pH larutan tersebut.

3.      Larutan Indikator
Larutan Indikator asam basa merupakan suatu zat yang dapat berubah warna pada pH yang berbeda-beda, sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menguji nilai pH suatu larutan, dimana perubahan warna suatu larutan indicator memiliki rentang tertentu dikenal sebagai trayek indicator
Table Trayek pH beberapa indicator
Indicator
Asam
Basa
Trayek pH
Kertas lakmus
Merah
Biru
4,5 – 8,3
Metil hijau
Kuning
Biru
0,2 – 1,8
Kuning alizarin
Kuning
Merah
10,1 – 12,0
Timol biru
Kuning
Biru
1,2 – 2,8
Metal jingga
Merah
Kuning
3,2 – 4,4
Metal ungu
Ungu
Hijau
4,8 – 5,4
Fenolphtalein
Tidak berwarna
Merah muda
8,2 – 10,0
Bromkresol ungu
Kuning
Ungu
5,2 – 6,8
Bromtimol biru
Kuning
Biru
6,0 – 7,6
Nilai pH berdasarkan hasil penentuan larutan asam basa merupakan nilai pH perkiraan larutan tersebut.
Misalnya:
Berdasarkan pengujian sampel air limbah diperoleh data sebagai berikut:
Indicator
Perubahan warna
Metal merah
Kuning
Brom timol biru
Biru
Fenolphtalein
Tidak berwarna
Dengan data tersebut, jika dicermati pada table trayek pH tersebut di atas maka diperkirakan pH sampel air limbah :
Dengan metil merah        : kuning artinya pH 6,3
Dengan brom timol biru   : biru artinya pH 7,6
Dengan Fenolphtalein       : tidak berwarna artinya pH 8,2
Sehingga pH sampel air limbah diperoleh sebesar: 7,6 pH 8,2
4.      pH meter
Penentuan pH larutan yang lebih akurat, dapat dilakukan menggunakan alat pH meter. Alat ini bekerja berdasarkan elektrolit larutan asam dan basa. Bagian utamanya adalah sebuah elektroda yang peka terhadap konsentrasi ion H+ dalam larutan yang akan diukur pH nya. Jika electrode tersebut dicelupkan ke dalam larutan yang akan di uji, pH meter akan menunjukkan angka sesuai dengan harga pH tersebut.